Sabtu, 20 Juli 2013

Matilda by Roald Dahl

MatildaMatilda by Roald Dahl
My rating: 4 of 5 stars

Hasil bookswap Festival Pembaca 2011

Keluarga adalah lingkungan sosial yang terkecil di dalam masyarakat. Berawal dari keluarga setiap manusia memulai interaksi sosialnya, maka sudah selayaknyalah sebuah keluarga memberikan segala yang dibutuhkan oleh seorang anak untuk melangkah ke kehidupan sosial yang lebih luas, yaitu masyarakat sekitarnya. Sayangnya masih banyak orang tua yang tidak peduli akan hal ini. Alih-alih mendapatkan kehangatan dan kasih sayang, seorang anak sering kali malah menjadi bulan-bulanan orang tua mereka. Menjadi tempat pelampiasan atas segala kejengkelan mereka. Tak ada sedikit pun kebanggaan yang dimiliki oleh orang tua atas diri anak mereka. Kalau hal ini yang terjadi, maka yang akan terlihat oleh orang tua adalah melulu tentang segala keburukan sang anak. Segala pandangan sinis orang tua malah mengaburkan sisi baik dan kelebihan sang anak.

Itulah yang dialami oleh Matilda, seorang gadis cilik berusia 4 tahun yang harus menghabiskan waktunya sendiri di rumah pada siang hari sementara ayahnya bekerja dan ibunya pergi bermain bingo. Yang diperintahkan oleh orang tuanya hanyalah agar Matilda menghabiskan waktunya sepanjang hari dengan menonton acara televisi. Aduuh…. Kok ada ya orang tua yang tega seperti ini ? Tapi kalau awal cerita tidak dibuat seperti ini, tentu akhir cerita akan menjadi berbeda .

Begitulah Matilda kecil harus menghabiskan hari-harinya. Namun Matilda adalah seorang anak yang cerdas (yang sayangnya justru dianggap bodoh oleh orang tuanya). Tidak puas dengan hanya menyaksikan acara televisi, otak Matilda yang haus akan pengetahuan membawa langkah Matilda ke perpustakaan desa. Di sanalah ia memuaskan segala keingintahuannya, melalui buku-buku yang ada disana, Matilda menjelajahi dunia yang berbeda dari dunianya sendiri. Tak hanya buku anak-anak yang dibacanya, buku untuk remaja dan orang dewasa pun dibaca tuntas olehnya. Bukan saja kemampuan membacanya yang luar biasa bagi anak seusianya, namun daya ingatnya pun jauh di atas rata-rata anak lain. Meskipun banyak kata-kata yang tak dipahami artinya, Matilda tetap membaca dan mengingat semua isi buku yang telah dibacanya. Namun kegilaan Matilda dalam hal membaca justru membangkitkan amarah orang tuanya, terlebih lagi karena Matilda mengkritik akan kecurangan yang dilakukan oleh ayahnya dalam berbisnis. Tindakan orang tuanya yang semena-mena menimbulkan sifat kanak-kanaknya yang nakal. Matilda melakukan pembalasan kepada ayahnya dengan memberi lem super lengket dan mencampur minyak rambut ayahnya dengan cat rambut ibunya. Sebuah tindakan yang mengundang senyum. Meskipun saya sebagai orang tua tidak menyetujui tindakan Matilda, mungkin bila saya berada dalam posisinya saat itu, bukan mustahil saya pun melakukan hal yang sama. Beruntung bahwa ayah saya almarhum adalah seorang yang penuh kasih dan sangat jauh dari kata menyebalkan.
Memasuki usia 5 tahun, Matilda mulai mengenal dunia sekolah. Ia bersekolah di Sekolah Dasar Crunchem Hall. Disinilah Matilda mengenal Miss Honey, guru kelasnya yang baik hati. Kelebihan yang dimiliki oleh Matilda telah menarik hati Miss Honey, dan ia sangat menghargai bakat yang yang ada pada Matilda, sayangnya Sang Trunchbull, sang kelapa sekolah yang sangat sombong dan menyebalkan sangatlah benci kepada anak-anak kecil. Ia justru menganggap Matilda sebagai pembawa kekacauan. Pada setiap hari Kamis, Sang Trunchbull akan masuk dan mengajar di kelas Matilda selama satu jam. Dan selama itu pula ia akan mencari-cari kesalahan murid-murid agar dapat menyalurkan keinginannya untuk melakukan penyiksaan. Sang Trunchbull selalu mengucapkan kata-kata penghinaan yang amat jahat kepada para murid, sangat jauh dari cerminan sebagai seorang pendidik.
Hubungan Matilda dan Miss Honey dari hari ke hari semakin akrab. Mereka saling menyayangi dan selalu menghabiskan sore bersama-sama. Hingga suatu hari Matilda mengetahui siapa Miss Honey yang sebenarnya dan ia pun bertekad untuk membantu Miss Honey. Pada suatu hari, di saat Sang Truncbull mengajar di kelas Matilda, Matilda menemukan bakat lain dalam dirinya yang ternyata dapat ia gunakan untuk melepaskan Miss Honey dari kesulitan. Tindakan yang dilakukan Matilda sangatlah cerdik, bahkan Miss Honey sendiri pun tidak sampai memikirkan hal semacam itu. Bukan saja Matilda mampu menyelamatkan hidup Miss Honey, ia pun mampu membuat Sang Trunchbull berhenti menjadi kepala sekolah dan pergi meninggalkan desa mereka.
Happy Ending !!
Oooops….., ternyata cerita belum berakhir. Kelebihan yang dimiliki Matilda justru bagi orang tuanya adalah masalah besar. Maka ketika mereka akan pergi melarikan diri ke luar negeri karena kejahatan mereka, mereka tak peduli sama sekali pada Matilda dan memenuhi keinginan Matilda begitu saja untuk tetap tinggal di desa itu bersama Miss Honey.
Buku yang menarik dengan ilustrasi yang menarik pula. Quentin Blake mengerjakan ilustrasi dengan detail yang sangat pas. Meskipun ada beberapa bagian dari buku ini yang tidak saya sukai, namun secara keseluruhan buku ini layak dibaca untuk para orang tua. Dahl mengingatkan kita (tanpa terasa menggurui) bahwa seorang anak adalah karunia yang patut disyukuri keberadaannya. Bagaimana pun kondisi mereka, adalah kewajiban bagi setiap orang tua untuk memberikan mereka kasih sayang, kehangatan, dan perlindungan. Kepolosan sang anak dalam melihat dunia justru dapat menjadi pengingat para orang tua ketika mereka melakukan tindakan yang menyimpang. Disinilah kita sebagai orang tua harus menyingkirkan ego kita dan menggunakan hati nurani untuk melihat bahwa yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah.

Kids are just kids, but they are more than just kids.

-.MissKodok.-
 
View all my reviews