Kamis, 20 Juni 2013

Moshkel Gosha

Moshkel Gosha: Sebuah Kisah Pencerahan BatinMoshkel Gosha: Sebuah Kisah Pencerahan Batin by Llewellyn Vaughan-Lee
My rating: 3 of 5 stars

Beli buku ini udah lama bangeth sampe enggak inget lagi kapan.

Membeli karena tertarik oleh judulnya yang mengundang tanya.

Sudah coba baca sampai beberapa kali tapi ternyata saya termasuk jaduler golongan lemot tingkat tinggi sehingga enggak "dong" juga apa yang dimaksud oleh buku ini.

Terpacu membaca kembali setelah menemukan buku ini di rak "read" seorang kawan gudrids.

Nah... karena kali ini otak saya cukup mampu menyerap maknanya (meskipun sangat minimal), maka saya mencoba membuat ripiyu'na.

Well......

Moskhel Gosha adalah sebuah kisah kuno dari Persia, yang berarti "penghapus rintangan" (hmmmm.... saya suka makna kata ini).

Kisah dalam buku ini adalah tentang kesediaan kita membuka hati untuk menerima dimensi transpersonal atau spiritual memasuki kehidupan kita dan juga kesediaan kita untuk menghasilkan sebuah proses transformasi. Buku ini juga mengajari kita bahwa dimensi itu -- yakni kekayaan di dalam diri kita (potensi)-- tidak mudah dikenali dan juga ternyata tidak mudah bagi kita untuk menyadari betapa pentingnya mempergunakan potensi tersebut dengan benar.

Untuk memadukan kekuatan dan potensi dalam diri kita, kita harus mengakui keberadaan kita sebagai manusia biasa agar tidak membuat kita merasa 'lebih' dari yang lain, tapi memungkinkan kita memahami arti menjadi manusia seutuhnya. Karena tanpa kearifan sikap rendah hati, 'ego' akan dengan mudah mengambil alih, dan kita akan terjebak dengan dunia imajiner kita dimana kita menjadi rajanya. Namun kerendahan hati seringkali merupakan pelajaran yang menyakitkan.

Kita harus mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Kebutuhan adalah sesuatu yang penting bagi hidup kita, sedangkan keinginan selalu mengacu pada hasrat 'ego' yang tak perlu harus selalu dipenuhi karena ego seringkali membuat kita tuli dan buta akan kebutuhan yang sebenarnya.

Kebutuhan adalah sesuatu yang memang benar2 perlu untuk dipenuhi dan itu semua sangat bergantung pada kemurahan hati Tuhan, yang hanya kepada-NYA-lah kita harus berserah diri, sedangkan menginginkan sesuatu berarti menuntut atau menentukan jawaban yang berarti kita meletakkan 'ego' kita di hadapan Tuhan. Bagaimanakah mungkin kita sebagai umat dapat mengatur Tuhan sebagai Sang Khalik ??

Pada akhirnya, yang terpenting dari semua ini adalah melakukan refleksi. Kita berhenti pada suatu titik, merenung dan memahami makna dari setiap peristiwa yang kita alami agar kita mampu memahami potensi dan perubahan dalam diri kita karena perubahan selalu merupakan langkah menuju kesadaran dan tanggung jawab yang lebih besar.

Dan....
kesimpulannya adalah:

Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.

Kita tidak pernah diberi untuk diri kita sendiri.
Kita diberi juga untuk orang lain.
Semakin banyak yang kita beri, maka semakin banyak yang akan kita terima.

Bathin membutuhkan kualitas hidup yang berbeda.
Agar hidup lebih kreatif dan bercahaya, kita harus pula mencari kehidupan batin dan bukan hanya mencari kehidupan lahir saja.

Huuffff !!! akhirnya... 3 bintang untuk buku ini.

-.Miss Kodok.-



View all my reviews

2 komentar:

  1. I really like reading the articles that you make, so I want to read them continuously. Feel free to visit my web : game sbobet asia

    BalasHapus